TABLOIDKUKAR.COM – Suasana terasa sangat sejuk di bawah rimbunan pohon mahoni tempat wisata Bukit Mahoni, Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), pada Selasa (1/7/2025) malam.
Di bawah remang-remang lampu pijar, tersusun rapi puluhan kursi lipat menghadap ke spanduk atas kegiatan “Meet The Press Ngopi Santai Ngan Media” dengan wajah Bupati dan Wakil Bupati Kukar, Aulia Rahman Basri dan Rendi Solihin.
Pada tempat yang terletak hanya belasan kilometer dari Tenggarong dan Kota Samarinda ini. Sosok Aulia Rahman Basri dan Rendi Solihin bertemu dengan puluhan pelaku pers di Kukar maupun Kaltim. Dari pimpinan redaksi, editor, pemilik media, wartawan serta perwakilan organisasi pers: PWI,SMSI, JMSI, AMSI dan IJTI.
Mereka duduk bersama Aulia-Rendi dengan Dedi Nala Arung sebagai moderator diskusi, membuka bersama lembaran baru kepemerintahan Kukar usai dilantik tanggal 23 Juni lalu. Meski cuaca dingin akibat sempat gerimis, suasana terasa sangat hangat antar jurnalis dan Aulia-Rendi.
Dengan dandanan yang sangat kasual, tanpa hadir protokoler maupun OPD. Aulia-Rendi membawa kesan egaliter bagi teman-teman jurnalis yang hadir, mereka duduk sejajar dengan kursi lipat, ditemani gorengan, cenil, kopi hingga jahe. Membawa tujuan yang sama, diskusi, mengobrol, menyerap aspirasi terhadap pembangunan Kukar dengan para kuli tinta.
“Kegiatan ini murni inisiasi kami Aulia-Rendi, tidak membawa pemerintah, protokol maupun OPD. Karena dari teman-teman jurnalis ini kami melihat cermin, melihat diri asli kita dalam memberikan Gambaran objektif,” ungkap Aulia.
Murni inisiasi pribadi, Aulia menyebut peran jurnalis terhadap pembangunan daerah sangat penting. Pertemuan dengan pers ini sangat istimewa baginya, sebagai pemangku kepentingan pertama yang ia dan Rendi temui pasca pelantikan dan retreat kepala daerah. Untuk menjadi refleksi bekerja kedepannya, serta menyerap aspirasi teman-teman jurnalis yang berperan sebagai penyambung lidah masyarakat.
“Kalau biasanya kepala daerah hari kerja pertama itu sidak dan marah-marahi OPD. Hari pertama turun lapangan kami ke pasar dan gedung Ekraf, lanjut bertemu teman-teman media,” ujarnya berseloroh.
Melalui diskusi ini, Aulia ingin membangun pola hubungan yang harmonis. Ia juga menjunjung tinggi pemerintahan dengan pola pentahelix. Yakni konsep kolaborasi pembangunan daerah yang melibatkan lima unsur: pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media.
“Kami juga pastikan ke teman-teman kalau kami akan pasang telinga tebal, kami anti kritik. Ini adalah komitmen mewujudkan pemerintahan yang transparan bagi masyarakat Kukar,” tegas Aulia.
Pelbagai pertanyaan, diskusi maupun keluh kesah disampaikan para jurnalis. Tanpa keraguan juga, Aulia-Rendi menjawab semuanya. Dua pemuda ini juga menegaskan pentingnya kebebasan pers di Kukar, serta membangun ekosistem yang sehat bagi dunia media: secara bisnis maupun SDM.
Seirama dengan Aulia, Wakil Bupati Kukar Rendi Solihin menegaskan bahwa dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, ia dan Aulia komitmen dengan kalimat “No Baper Baper Club”.
Sebuah jaminan bagi teman-teman media yang tetap objektif dalam melakukan kerja jurnalistik sebagai pilar keempat demokrasi. Tanpa takut ada intimidasi maupun menahan diri dengan hadirnya kontrak kerja sama bersama pemerintah.
“Saya tahu, banyak media di Kukar selama ini bergantung pada kerja sama pemerintahan. Tapi ke depan, kita harus dorong media yang sehat dan kredibel,” tutur Rendi dengan gaya lugasnya.
Baginya media harus tetap objektif dalam memberitakan, sehingga terwujud ekosistem yang sehat bagi pemerintahan. Media sebagai kontrol sosial juga harus mengimbangi pemberitaan pembangunan yang ada di Kukar, tidak hanya mengutamakan faktor viral. Ia pun mengaitkannya dengan tantangan infrastruktur yang saat ini dihadapi pemerintah.
“Bicara infrastruktur konektivitas, kalau kita mau selesaikan seluruh jalan rusak butuh Rp40 triliun. Padahal APBD kita hanya Rp4 triliun. Artinya, kita harus berpikir realistis dan butuh media yang bisa memahami mana yang prioritas, bukan sekadar memviralkan,” tegas Rendi.
Melalui dialog yang akrab, Aulia-Rendi berharap tercipta ekosistem media yang sehat, kredibel, dan objektif—tidak hanya sebagai mitra informasi, tetapi juga sebagai pilar demokrasi dan kontrol sosial yang mampu mengedepankan kepentingan publik.
Keduanya juga mendorong media untuk memahami prioritas pembangunan daerah secara realistis, terutama di tengah tantangan anggaran dan infrastruktur yang kompleks.
Pertemuan ini menjadi simbol awal dari pola pemerintahan inklusif dan partisipatif, dengan harapan media dapat terus menjadi jembatan yang menjernihkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat Kukar. (*)